Takdir Allah Selalu Adil
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Takdir Allah Selalu Adil adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Rabu, 1 Jumadal Akhir 1445 H / 14 Desember 2023 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Takdir Allah Selalu Adil
Di pertemuan kita yang lalu, terakhir kita membahas tentang makna sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di awal-awal doa: “Berlaku dan berlangsung pada diriku hukum-hukumMu Ya Allah, dan selalu adil ketentuan takdir yang Engkau tentukan bagiku.” Maka semua yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan bagi hambaNya adalah dengan keadilanNya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sifat adil. Yakni, Dia berbuat menempatkan segala sesuatu selalu tepat pada tempatnya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hikmah yang sempurna. Di antara namanya yang Maha Indah adalah Al-Hakim, yaitu selalu menempatkan segala sesuatu tepat pada tempatnya.
Disela-sela pembahasan ini, Ibnul Qayyim Rahimahullah ingin mengingatkan tentang keagungan dan kemuliaan kebenaran aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam memahami takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengkompromikan hal-hal yang ditunjukkan di dalam dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur’an maupun hadits-hadits yang shahih. Beliau memberikan pernyataan dari kelompok-kelompok yang menyimpang dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ketika mereka membahas tentang takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kalau ada yang bertanya: Perbuatan maksiat menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah terjadi dengan takdir dan ketentuan Allah, maka bagaimana sudut pandang keadilan dalam masalah ketentuan Allah menakdirkan terjadinya perbuatan maksiat ini? Karena sesungguhnya keadilan dalam hal Allah memberikan adzab bagi pelaku maksiat ini tidak terlihat.
Kita ketahui, Ahlus Sunnah wal Jama’ah menetapkan segala sesuatu yang terjadi, termasuk perbuatan hamba mengamalkan ketaatan atau tidak, itu semua dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan kehendakNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ ﴿٢٨﴾ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ ﴿٢٩﴾
“Bagi siapa saja di antara kamu yang ingin istiqamah menempuh jalan yang lurus, dan tidaklah kamu menghendaki sesuatu kecuali sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. At-Takwir[81]: 28-29)
Dan banyak dalil-dalil yang menyebutkan masalah ini, termasuk apa yang diperbuat oleh hamba. Namun, kita yakini di sini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika menaqdirkan segala sesuatu, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kepada manusia secara lengkap tentang sebab-sebab yang akan membawa kepada rahmat dan karuniaNya, perbuatan-perbuatan baik yang akan mengantarkan manusia kepada surga dan takdir yang baik. Sebagaimana Allah jelaskan juga sebaliknya, keburukan-keburukan dan larangan melakukan perbuatan maksiat, karena itu merupakan jalan yang akan kebinasaan. Makanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitab suci yang menjelaskan semua ini dan mengutus para rasul, sehingga tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk berdalil dengan takdir Allah, karena Allah telah menjelaskan semua, dan takdir tidak kita ketahui kecuali setelah terjadinya.
Maka Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa ini adalah pertanyaan yang ada nilainya. Yang oleh karena itu, orang-orang Jabariyah menganggap bahwa perbuatan maksiat yang dilakukan oleh hamba ini berarti keadilan dan kebaikan yang tidak boleh dicela. Karena ini adalah dengan perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini menurut mereka.
Padahal kita tahu bahwa Allah membedakan antara sesuatu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki dengan kehendakNya yang bersifat kauniyah, ini berlaku untuk semua makhluk, ada yang Allah benci dan Allah cintai. Sedangkan kehendak Allah yang berupa iradah syar’iyyah, maka inilah hal-hal yang Allah cintai, seperti tauhid, amal-amal ketaatan, bertaubat kepada Allah, selalu melakukan kebaikan. Ini adalah hal-hal yang Allah cintai.
Dan ada hal-hal yang Allah benci dalam syariatNya, seperti berbuat kekafiran, kefasikan, kemunafikan, kedzaliman, maksiat, apalagi perbuatan syirik, dan seterusnya. Ini adalah hal-hal yang Allah benci.
Jadi perkataan mereka ini tidak bisa dipakai dan akan menggugurkan syariat, akan menganggap semua sama antara perbuatan taat dan maksiat, mereka mengatakan semuanya adalah keadilan. Ini jelas tidak benar dan tidak sesuai dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan dalam agamaNya. Sehingga pemahaman ini adalah pemahaman yang tersesat.
Ada juga kelompok lain yang berkata, dimana mereka ini adalah kelompok Mu’tazilah. Mereka mengatakan bahkan yang namanya adil itu adalah Allah tidak mengadzab segala sesuatu yang telah Allah takdirkan dan tentukan. Yakni, mereka menganganggap bahwa orang yang melakukan maksiat tidak boleh diadzab, orang yang melakukan kekufuran dan kefasikan juga tidak boleh diadzab. Inilah adil versi mereka.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53716-takdir-allah-selalu-adil/